Dalam pergumulan kehidupan beragama kita saat ini, kita semua dihentakkan dengan munculnya tantangan global multi dimensial (konteks) di Indonesia. Suhu disintegrasi bangsa relatif semakin meninggi dan sentimen suku atau keagamaan ("tribalism) berputar disekeliling kita ditambah lagi usaha provokasi untuk membenturkan antar kelompok keagamaan. Peristiwa Medan (tgl. 28 Mei 2000) bukti nyata dari usaha provokasi tersebut. Dalam kondisi demikian sebagai orang beriman perlu mengambil hikmah atas kejadian-kejadian tersebut: 1. Semakin Mengajar Kita Untuk Lebih Tekun Sama Firman Allah dalam Alkita: "Bersuka citalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan dan bertekunlah dalam doa" (Rom 12:12). Penderitaan (crusis) memang telah mapan dalam Gereja (Band. Sej. Gereja Mula-mula) kekristenan memulai komunitas dalam "keterasingan dunia" dan kelompok yang dipinggirkan dalam masyarakat samapi dkejar-kejar, aniaya dan martir. Pengalam Penderitaan itu mematangkan gereja dalam menyusun semangat iman "semakin dibabat semakin merambat" justru dalam keadaan demikian Gereja semakin berkembang. Bagaimaka kalau hal itu kita perhadapkan sekaran g ini ? Memang konteksnya berbeda, tetapi satu kata kunci yang perlu kita pegang : yakni: ADANYA KETEKUNAN. Ketekunan itu bukanlah pasif tetapi aktif, ketekunan-aktif kita saat ini, adalah menunjukkan kualitas hidup umat kristiani dengan mempersembahkan yang terbaik di dalam bangsa kita, melayani sesama di dalam kerendahan hati dan damai. 2. Menghindari "triumphalism" atau "eksclusivism" Model kehidupan keagamaan kita saat ini, perlu kita pikir ulang bersama, paham triumphalism "menekankan orasi" keunggulan kebenaran agama, keunggulan kebenaran agama bukan terletak pada orasi yang hebat tetapi dalam kehidupan sehari-hari sebagai "garam dan terang" (Mat 5). Tidak jarang diantara pengerja gereja dalam kotbah dan pelayanannya, menilai rendah agama lain dan justru disitu pulahlah kita merendahkan agama kita sendiri (Gusdur). . Ekslusivisme agama hanya membawa kita kepada benturan keagamaan yang semakin ganas di dalam perbedaan dan pertentangan dan pada saat itulah kita semakin jauh dari kebenaran agama kita yang kita percayai. Biarlah kehidupan keagamaan kita hidup di dalam kerendahan hati dan berdampingan dengan orang lain di dalam hidup rukun (Mzm 133) "BERBAHAGIALAH ORANG YANG MEMBAWA DAMAI, KARENA MEREKA AKAN DISEBUT ANAK-ANAK ALLAH" (Mat 5:8) Sebagai pengikut Kristus, kita telah menjadi anak, yang telah memanggil Allah sebagai Bapa, marilah kita melakukan tugas itu di dalam ketekunan dan rendah hati. Syalom: Pdt. Nekson Martomu Simanjuntak, STh pdt_nekson@yahoo.com.
Take control of the web page by creating a user account now and using the CHURCH ID and PASSWORD assigned to you at the time the website was created to associate your web page with your new user account. If you have an existing user account, sign in and add the site to your account dashboard.
If you don't have the ID/Password combination for this page, please type the code '' below to have it sent to the e-mail address on file.
Page Seen: 1,456 times